KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya berhasil
menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “SEJARAH DAN ASAL
USUL BAHASA INDONESIA”, Makalah ini
dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia. Semoga atas
tersusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru tentang asal usul bahasa indonesia.
Akhir kata,
saya sampaikan terima kasih kepada bapak/ibu, pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan kelancaran segala usaha kita.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………….. i
KATA PENGANTAR……………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah…………………………………….. 1
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………… 1
1.3 Tujuan
Penulisan…………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Bahasa Indonesia…………………………………… 2
2.2 Peristiwa
Penting Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia… 3
2.3 Beberapa
Fungsi Dalam Bahasa Indonesia…………………. 6
2.4 Kedudukan
Bahasa Indonesia………………………………. 7
2.5 Bahasa
Melayu………………………………………………. 7
2.6 Bahasa
Melayu Menjadi Bahasa Indonesia………………….. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………... 11
3.2 Saran…………………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah salah satu
kebanggaan bangsa kita, sebab-sebabnya sangat jelas, tanpa bahasa nasional itu,
kemerdekaan tidak akan tercapai dan persatuan bangsa tidak akan terhalang.
Namun, tampaknya kebanggaan itu tidak disertai sikap kritik untuk menelaah
bagaimana hal itu dapat terjadi dan apa yang dapat kita petik sebagai
pengalaman kemajuan bangsa pada masa-masa yang akan datang.
Dengan kata lain, kajian tentang
asal-usul bahasa Indonesia masih kurang/tidak sungguh-sungguh diminati orang,
maka dengan makalah ini akan mengarang tentang Sejarah Bahasa Indonesia dan asal-usul
bahasa Indonesia tersebut, yang mulai di gunakan pertama kali pada sumpah
pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat di
rumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia.
2. Bagaimana asal usul bahasa Indonesia.
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
sejarah Bahasa Indonesia
2.
Untuk mengetahui
asal usul Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan
sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan
modern. Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir
tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai
tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan
Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi
wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat
di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi
menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek
Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam. Pemerintah kolonial
Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu
administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda
untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam
bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat.
Pada
tahun 1901, Indonesia sebagai Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan
pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia)
di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari
penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh
Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Kemudian pada tahun
1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat).
Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de
Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908, yang
kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan
buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun
bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Bahasa
Indonesia secara resmi diakui sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada
saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan
ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan,
"Jika mengacu pada masa depan
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa
yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu.
Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa
pergaulan atau bahasa persatuan."
Selanjutnya
perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh
sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar,
Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar.
Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis,
maupun morfologi bahasa Indonesia.
Pada
tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang
tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak
dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun
Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1
November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni
bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan
sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional
dengan menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar
bahasa dan sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan
bahasa Indonesia di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk
memaparkan pandangannya dalam kongres ini
2.2
Pristiwa Penting Dalam Perkembangan
Bahasa Indonesia
·
Pada
tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commissie voor de Volkslectuur melalui Surat Ketetapan Gubernemen
tanggal 14 September 1908 yang bertugas mengumpulkan dan membukukan
cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di kalangan rakyat,
serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah diubah dan disempurnakan. Kemudian
pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka.
·
Tanggal
16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya.
Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato
menggunakan bahasa Indonesia.
·
Tanggal
28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu
menjadi bahasa persatuan Indonesia.
·
Tahun
1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana,
Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak
memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa
Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah
bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan
batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
·
Tahun
1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh
bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres
tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi
pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
·
Tahun
1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda
yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan
administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan,
sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang
demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.
·
18
Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara
sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: Bahasa negara adalah bahasa
Indonesia.
·
19
Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
Mr. Soewandi meresmikan Ejaan Republik sebagai penyempurnaan atas ejaan
sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi.
·
Tahun
1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama Balai
Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa
Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Pusat Bahasa.
·
28
Oktober s.d. 1 November 1954 terselenggara Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan, Sumatera Utara. Kongres ini terselenggara atas prakarsa Menteri
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Mr. Mohammad Yamin.
·
Berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 diresmikan ejaan baru yang berlaku mulai
17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Tap.MPR No.
2/1972.
·
10
s.d. 14 25 s.d. 28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan Seminar Politik
Bahasa Indonesia. Tahun 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia III. Tanggal 21 s.d. 26 November 1983 berlangsung
Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Tanggal 27 Oktober s.d. 3 November 1988
berlangsung Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Tanggal 28 Oktober – 2
November 1993 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta.
·
Tanggal
28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50
ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia.
·
Tanggal
21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres
ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55.
Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.
·
Tanggal
28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia
dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu
ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
·
Tanggal
28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta
tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong,
India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan
statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia.
·
Tanggal
26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan
Bahasa.
2.3
Beberapa Fungsi Dalam Bahasa
Indonesia
1. Fungsi Bahasa Indonesia Baku :
a. Sebagai pemersatu : dalam hubungan
sosial antar manusia
b. Sebagai penanda kepribadian : mengungkapkan perasaan & jati
diri
c. Sebagai penambah wibawa : menjaga
komunikasi yang santun
d. Sebagai kerangka acuan : dengan
tindak tutur yang terkontrol
2. Secara umum sebagai alat komunikasi
lisan maupun tulis.
Menurut Santoso, dkk. (2004) bahwa
bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi informasi : mengungkapkan perasaan
b. Fungsi ekspresi diri : perlakuan terhadap antar anggota
masyarakat
c. Fungsi adaptasi dan integrasi : berhubungan dengan sosial
d. Fungsi kontrol social : mengatur tingkah laku
3. Menurut Hallyday (1992) Fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi untuk keperluan:
a. Fungsi instrumental : untuk memperoleh sesuatu
b. Fungsi regulatoris : untuk
mengendalikan prilaku orang lain
c. Fungsi intraksional : untuk berinteraksi dengan orang
lain
d. Fungsi personal : untuk berinteraksi
dengan orang lain
e. Fungsi heuristik : untuk belajar dan menemukan sesuatu
Fungsi imajinatif : untuk menciptakan dunia imajinasi
Fungsi imajinatif : untuk menciptakan dunia imajinasi
f. Fungsi representasional : untuk menyampaikan informasi
2.4
Kedudukan Bahasa Indonesia
1. Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28
Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan. Adapun dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional , bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
Lambang jati diri (identitas). Lambang kebanggaan bangsa. Alat pemersatu
berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya,
serta bahasa daerah yang berbeda. Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah
2. Sebagai Bahasa Resmi / Negara
Kedudukan bahasa
Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini
mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam
kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
berikut. Bahasa resmi negara . Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan. Bahasa resmi dalam
pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.
2.5
Bahasa Melayu
Sepertinya
terlalu sederhana apabila kita menyimpulkan bahwa bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Melayu tanpa mengetahui historisnya. Perlu diingat bahwa bahasa Melayu
merupakan salah satu dialek yang tersebar di Nusantara yang dipakai sejak jaman
dulu, tetapi karena Melayu sudah merupakan lingua franca atau juga disebut
Melayu Pasar, maka pemakaiannya lebih menonjol apabila dibandingkan dengan
dialek-dialek melayu lain.
Untuk
lebih mengetahui perkembangan serta asal-usul bahasa Indonesia sejak awalnya,
maka kita perlu mengetahui beberapa fakta historis seperti di bawah ini,
diantaranya.
1.
Bahasa Melayu
Sebelum Masa Kolonial
Sesuai dengan bukti-bukti tertulis mengenai
bahasa Melayu, namun dapat dipastikan bahwa bahasa Melayu sudah dipakai sejak
jaman kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7.
Adapun berbagai batu tertulis
(prasasti) yang ditemukan seperti berikut.
a.
Prasasti
Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.
b.
Prasasti
Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.
c.
Prasasti
Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 684 M.
d.
Prasasti
Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.
Semua
prasasti di atas beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa Melayu Kuno yang
memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah
dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya.
Dan
pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
a.
Bahasa
Kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.
b.
Bahasa
Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia.
c.
Bahasa
Perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun yang berasal dari luar
Indonesia.
d.
Bahasa
resmi kerajaan.
2.
Bahasa Melayu
Pada Masa Kolonial
Ketika
orang-orang Barat sampai ke Indonesia abad XVI mereka menemukan suatu kenyataan
bahwa bahasa Melayu merupakan bahasa yang dipakai dalam kehidupan yang luas
bangsa Nusantara. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa kenyataan, misalnya
seorang Portugis bernama Pigefetta, setelah mengunjungi Tidore, menyusun
semacam daftar kata bahasa Melayu pada tahun 1522. Jan Huvgenvan Linschoten,
menulis buku yang berjudul “Itinerarium ofte schipvaert Naer Oost Portugels
Indiens.” Dikatakan bahwa bahasa Melayu itu bukan saja sangat harum namanya,
tetapi juga merupakan bahasa negeri Timur yang dihormati. Baik bangsa Portugis
maupun bangsa Belanda yang datang ke Nusantara mendirikan sekolah-sekolah.
Mereka terbentur dalam soal bahasa pengantar.
Kegagalan dalam mempergunakan atau
menyebarkan bahasa-bahasa barat itu, memuncak dengan keluarnya keputusan
pemerintah colonial, KB 1871 No. 104, yang menyatakan bahwa pengajaran di
sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa daerah atau bahasa Melayu.
Perlu kita ketahui pula, bahwa pada
waktu itu bahasa Melayu terbagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a.
Melayu
tinggi, yaitu bahasa Melayu sebagaimana dipakai dalam kitab sejarah Melayu.
b.
Melayu
rendah, yaitu bahasa Melayu pasar atau pula bahasa Melayu campuran.
c.
Melayu
daerah, yaitu bahasa Melayu yang dipengaruhi oleh dialek-dialek tertentu.
3.
Bahasa Melayu
Pada Masa Pergerakan Kemerdekaan
Tokoh pergerakan
mencari bahasa yang dapat dipahami dan dapat dipakai oleh segenap lapisan suku
bangsa yang ada. Pada mulanya memang sulit menentukan bahasa mana yang dapat
dipakai itu.
Pemikiran terwujudnya bahasa
persatuan, sebenarnya tumbuh sejak kesadaran kebangsaan, lebih memuncak lagi
setelah Dewan Rakyat pada tahun 1918 berpikir tentang bahasa persatuan yang
sangat diperlukan.
Dari hasil pemikiran para tokoh
pergerakan dan Dewan Rakyat, akhirnya dipilih bahasa Melayu dengan pertimbangan
bahwa bahasa telah dipakai hampir sebagian rakyat Indonesia pada waktu itu.
Tokoh pergerakan yang senantiasa
memperkenalkan bahasa Melayu kepada seluruh rakyat dengan pertimbangan bahasa
Melayu telah mempunyai ejaan resmi yang ditulis dalam Kitab Logat Melayu yang
disusun oleh Ch. A. Van Ophuysen.
Sejarah telah mencatat bahwa Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928 adalah titik kulminasi bagi penentuan bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia, karena pada waktu itu pertama kali kita mengikrarkan
sumpah yang berbunyi:
a.
Kami
putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu yaitu Tanah Air Indonesia.
b.
Kami
putra-putri Indonesia mengaku berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia.
c.
Kami
putra-putri Indonesia mengaku menjunjung persatuan yaitu bahasa Indonesia.
2.6
Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia
Bahasa
melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta makin berkembang dengan
dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa melayu yang dipakai didaerah-daerah
diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah.
Bahasa melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa
sansekerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa
melayupun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan
bahasa melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi rasa persaudaraan dan
persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa
itu menggunakan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928.
Untuk
memperoleh bahasa nasionalnya, bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang
cukup panjang dan penuh dengan tantangan. Perjuagan demikian harus dilakukan
karena adanya kesadaran bahwa disamping fungsinya sebagai alat komunikasi
tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu cirri kultural, yang kedalam
menunjukkan kesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.
Dengan kata lain, ada empat faktor
yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
1.
Bahasa
Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa kebudayaan,
bahasa perdagangan, dan bahasa resmi kerajaan.
2.
Sistem
bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa Melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3.
Suku
Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
4.
Bahasa
Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat
disimpulan bahwa:
1. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu.
2.
Bahasa
Indonesia secara resmi digunakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28
Oktober 1928.
3.
Bahasa
Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia karena bahasa Melayu telah digunakan
sebagai bahasa pergaulan (Lingua Franca) di Nusantara dan bahasa Melayu sangat
sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa.
4.
Bahasa
Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3.2
Saran
Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa bahasa Indonesia itu sumbernya berasal dari bahasa
melayu. Sebagai bangsa yang erat selayaknya kita menghargai nila-nilai sejarah
tersebut dengan tetap menghormati bahasa melayu. Disamping itu, alangkah
baiknya jika kita mengunakan bahasa Indonesia itu secara baik dan benar.
Bahasa
Indonesia yang kita ketahui sebagaimana dari penjelasan terdahulu memiliki
banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi bahasa pemersatu, bahasa
nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi penerus mampu untuk
membina, mempertahankan bahasa Indonesia ini, agar tidak mengalami kemerosotan
dan diperguna dengan baik oleh pihak luar.
DAFTAR PUSTAKA
Departmen Pendidikan
Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
Muhsin, Ahmadi. 1990. Sejarah dan Standarisasi
Bahasa Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Junus, Umar. 1969. Sejarah dan Perkembangan
Kearah Bahasa Indonesia dan Bangsa Indonesia. Jakarta: Bharata.
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/. Diunduh tanggal 3 Januari 2012.
How to Play Baccarat - FEBCASINO
BalasHapusBaccarat is the traditional game 제왕 카지노 that you can play online in the United States today. It 메리트카지노 is similar to any other casino febcasino game, and has become the most